“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS An-Nur [24]: 55)

Nasehat Ibnu Taimiyah

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
ولا يحصل المرض إلا لنقص أسباب الصحة ، كذلك القلب لا يمرض إلا لنقصِ إيمانه
“Tidak akan terjadi suatu penyakit kecuali karena berkurangnya sebab-sebab kesehatan. Demikian pula, jiwa tidak akan sakit kecuali karena kurang imannya.” 
[Majmu’ Al-Fatawa, 10/637]
-----------------------------------------------------------------------------------
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
وليس للقلوب سرور ولا لذة تامة إلاّ في محبة الله والتقرب إليه
“Tidak ada kegembiraan bagi hati, tidak pula kelezatan yang sempurna, kecuali dalam kecintaan kepada Allah ta’ala dan mendekatkan diri kepada-Nya.” 

[Majmu’ Al-Fatawa, 28/32]
----------------------------------------------------------------------
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

Allah subhanahu wa ta’ala telah menganugerahkan kepada anak cucu Adam dua perkara yang menjadi sumber kebahagiaan.

Pertama: setiap bayi yang dilahirkan maka ia terlahir di atas fitrah (tauhid). Jiwa manusia apabila dibiarkan begitu saja maka ia akan mengakui bahwasanya Allah adalah sesembahannya. Dia akan mencintai-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Akan tetapi hal itu menjadi rusak akibat tipuan yang dilakukan oleh setan-setan dari kalangan jin dan manusia kepadanya melalui kebatilan yang mereka bisikkan satu sama lain.

Kedua: bahwasanya Allah telah memberikan petunjuk kepada umat manusia dengan hidayah yang bersifat umum dengan apa yang Allah tanamkan dalam diri mereka berupa fitrah dan sebab-sebab untuk memahami ilmu. Selain itu, Allah juga menganugerahkan kepada mereka petunjuk dengan diturunkannya kitab-kitab dan diutusnya para rasul.


(lihat Mawa’izh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal. 35)
-------------------------------------------------------------------------
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

Ikhlas adalah kakikat Islam. Karena islam itu adalah kepasrahan kepada Allah, bukan kepada selain-Nya. Maka barangsiapa yang tidak pasrah kepada Allah sesungguhnya dia telah bersikap sombong. Dan barangsiapa yang pasrah kepada Allah dan kepada selain-Nya maka dia telah berbuat syirik. Dan kedua-duanya, yaitu sombong dan syirik bertentangan dengan islam.

Oleh sebab itulah pokok ajaran islam adalah syahadat laa ilaha illallah; dan ia mengandung ibadah kepada Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Itulah keislaman yang bersifat umum yang tidaklah menerima dari kaum yang pertama maupun kaum yang terakhir suatu agama selain agama itu. Sebagaimana firman Allah ta’ala (yang artinya), “Barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama maka tidak akan diterima darinya, dan di akhirat dia pasti akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS. Ali ‘Imran).

Ini semua menegaskan kepada kita bahwasanya yang menjadi pokok agama sebenarnya adalah perkara-perkara batin yang berupa ilmu dan amalan hati, dan bahwasanya amal-amal lahiriyah tidak akan bermanfaat tanpanya.

(Mawa’izh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal. 30)
----------------------------------------------------------------
Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
ليس لأحد أن ينصب للأمة شخصا يدعو الى طريقته ويوالي ويعادي عليها غير النبى ولا ينصب لهم كلاما يوالي عليه يعادي غير كلام الله ورسوله وما اجتمعت عليه الأمة بل هذا من فعل أهل البدع الذين ينصبون لهم شخصا أو كلاما يفرقون به بين الأمة يوالون به على ذلك الكلام أو تلك النسبة ويعادون
“Tidak boleh bagi seorang pun untuk menanamkan bagi umat individu tertentu selain Nabi untuk menyeru ke jalannya serta berwala’ dan bermusuhan atasnya. Tidak boleh pula menanamkan bagi umat satu perkataan selain perkataan Allah dan Rasul-Nya serta ijma’ umat, yang dengannya berwala’ dan bermusuhan. Bahkan perbuatan tersebut merupakan perbuatan Ahlul-Bid’ah yang telah menanamkan bagi mereka individu tertentu atau perkataan tertentu yang menyebabkan perpecahan umat. Mereka berwala’ dan bermusuhan karenanya berdasarkan perkataan dan individu tersebut” [Majmuu’ Al-Fataawaa, 20/164].
فإن أهل الحق والسنة لا يكون متبوعهم إلا رسول الله صلى الله عليه و سلم الذي لا ينطق عن الهوى إن هو إلا وحي يوحى فهو الذي يجب تصديقه في كل ما أخبر وطاعته في كل ما أمر وليست هذه المنزلة لغيره من الأئمة بل كل أحد من الناس يؤخذ من قوله ويترك إلا رسول الله فمن جعل شخصا من الأشخاص غير رسول الله من أحبه ووافقه كان من أهل السنة والجماعة ومن خالفه كان من أهل البدعة والفرقة كما يوجد ذلك في الطوائف من اتباع أئمة في الكلام في الدين وغير ذلك كان من أهل البدع والضلال والتفرق
“Sesungguhnya para pembela kebenaran dan sunnah (ahlul-haq was-sunnah) tidak mengikuti seseorang kecuali Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallamyang : ‘beliau tidak berkata-kata dengan hawa nafsunya, ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)’ (QS. An-Najm : 3-4). Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang wajib dibenarkan setiap perkataannya dan wajib ditaati setiap perintahnya. Kedudukan ini tidaklah dimiliki oleh orang selain beliau dari kalangan para imam. Bahkan setiap orang dapat diambil dan dibuang perkataannya kecuali Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Barangsiapa yang menjadikan seseorang selain Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan orang yang mencintainya dan menyepakatinya sebagai Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah, dan orang-orang yang menyelisihinya sebagai Ahlul-Bida’ wal-Furqah sebagaimana fenomena itu ditemui pada sebagian kelompok yang yang mengikuti para imam dalam fatwa-fatwa agama dan selainnya; maka ia lah yang justru termasuk Ahlul-Bida’ wadl-Dlalaal wal-Furqah (penyeru kebid’ahan, kesesatan, dan perpecahan)” [idem, 3/346-347].
ممن يتعصب لواحد معين غير النبى كمن يتعصب لمالك أو الشافعى أو أحمد أو أبى حنيفة ويرى أن قول هذا المعين هو الصواب الذى ينبغى إتباعه دون قول الإمام الذى خالفه فمن فعل هذا كان جاهلا ضالا بل قد يكون كافرا فإنه متى إعتقد أنه  يجب على الناس إتباع واحد بعينه من هؤلاء الأئمة دون الإمام الآخر فإنه يجب أن يستتاب فإن تاب وإلا قتل

“Barangsiapa yang fanatik/ta’ashshub terhadap individu tertentu selain Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam seperti orang yang fanatik terhadap Maalik, Asy-Syaafi’iy, Ahmad, atau Abu Haniifah, lalu ia berpendapat perkataan imam tersebut adalah benar dan mesti diikuti, sedangkan perkataan imam lain yang menyelisihinya tidak boleh diikuti; maka siapapun yang melakukan hal ini, ia seorang yang bodoh lagi sesat. Bahkan, kadang ia bisa menjadi kafir ketika berkeyakinan wajibnya manusia untuk mengikuti salah seorang imam tersebut, tanpa boleh mengikuti imam yang lain, sehingga ia wajib diminta untuk bertaubat. Jika ia bertaubat, maka diterima, dan jika tidak, maka dibunuh” [idem, 22/248-249].
---------------------------------------------------------------------
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :

“Da’i harus memiliki 3 sifat : ilmu, lemah lembut, dan sabar.

Ilmu sebelum melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, harus lembut ketika melakukannya, dan harus sabar setelahnya.

Ketiga sifat ini harus selalu bersama dalam setiap keadaan”.

[Al Amru bil Ma'ruf wan Nahyu 'anil Munkar hlm. 57]
Title : Nasehat Ibnu Taimiyah
Description : Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, ولا يحصل المرض إلا لنقص أسباب الصحة ، كذلك القلب لا يمرض إلا لنقصِ إيمانه “Tidak ak...

0 Response to "Nasehat Ibnu Taimiyah"

Post a Comment